Dan akhirnya hari ini 20 Oktober ku putuskan untuk pergi keatas tidak kebawah. Biasanya Bionicers menyebut
daerah kaliurang dengan kata munggah
(naik), karena letaknya lebih tinggi dari Jogja. Dan keputusanku tidak salah,
banyak sekali hal menakjubkan yang terjadi. Setelah aku, Ari, Suci, Ambar, dan
maz Panji berkumpul, kami segera berangkat. Dimulai kecerobohan tingkat tinggi
meninggalkan kameraku satu-satunya sebatang kara di Deksel (nama salah satu
tempat di Kampus), masih beruntung aku mendapatkannya kembali. Alhamdulillah.
Kemudian kami melesat
secepat gas motor yang kami tarik. Tiba-tiba ban motorku bocor dijalan
Kaliurang km 15. Matahari pun mulai meninggi. (Bali wae nek ngeneki/ pulang aja kalo kayak gini). Mau tidak mau
harus menunggu ban motor yang udah ditambal dua kali ini untuk ditambal lagi
ketiga kalinya.
Setelah selesai
ditambal kami pun mulai lagi melanjutkan perjalanan ke Bukit Jarum. Kami
berlima tidak tau dimana Bukit Jarum itu berada. Dengan berbekal peta dari
Panji (bukan maz Panji) kami mencoba (nekat) melewati jalan-jalan yang belum
pernah di jamah (oleh kami) sebelumnya. Beberapa kali harus balik arah karena
salah jalan ataupun keblandang
(kebablasan). Sampai pada akhirnya sampai di Museum Ullen Sentalu, kemudian ada
bapak satpam (bukan maz Kir) yang mengarahkan kami untuk parkir di depan
Museum.
“Pak kami mau ke Bukit Jarum”
“Bukit apa mbak?”
“Bukit
Jarum, tau ga pak?”
“Wah
ga tau mbak, kalau lurus kesana jalan buntu”
Lho?
“Kalau kesana pak” menunjuk bukit yang terhampar rerumputan.
“Kalau kesana pak” menunjuk bukit yang terhampar rerumputan.
“Oya, mungkin disana mbak”
“Bisa dilewati motor pak?”
“Bisa”
“Oke, makasih pak”
Kami nekat naik jalan
setapak yang kurang bagus (terjal). Sampai disana ada sebuah Gubuk dan
disimpulkan bahwa tempat itu adalah Bukit Jarum. Horeee. Pemandangan Bukit
Turgo, Bukit Plawangan dan truk-truk pengangkut pasir dan batu dibawah jurang
yang sangat dalam, menakjubkan.
Sebentar disana, tiba-tiba
ada sesosok burung Raptor (kalau tidak salah) Sikep Madu Asia
Sikep Madu Asia |
Pemandangan dari Bukit Jarum |
Hmmm... setelah itu
melihat 2 ekor burung Raptor lagi namun jaraknya begitu jauh, hanya terlihat seperti
titik (maz Panji, 2013). Lalu karena Suci pengin lihat burung yang warna-warni
dan karena aku juga masih terlalu bingung dengan kegagahan (baca:
mengidentifikasi) burung Raptor. Kami pun beranjak dari Bukit Keren Banget
(Bukit Jarum) menuju Bukit Plawangan.
Dan TARAAA.... kamipun
sampai disana. Langit tertutup awan mendung dan kabut tipis menyelimuti udara pukul 10:00 pagi. Disana
kami bertemu Panji dan Nina (pacarnya Panji). Disambut oleh burung yang berwana
gelap, Ciung-mungkal Jawa eh maksudnya Ciung batu kecil.
Ciung batu kecil |
Kemudian Opior jawa dan
Cucak kutilang.
Sampai menthok di Goa
Jepang kami belum menemukan burung lain. Hingga bunglon yang jatuh dari pohon menjadi sasaran objek
fotografi.
Sekitar jam 12san, langit masih tertutup awan, cahaya matahari menjadi sulit menembusnya. Seekor burung mencoba mendekati, seperti burung Sikatan betina (tidak tau jenis apa), lalu Srigunting siluet dan Jinjing batu. Setelah itu burung-burung mulai bernyanyi riang, kami putuskan untuk turun. Disanalah keberuntungan kami bertemu flok :
Photo by Panji |
Sekitar jam 12san, langit masih tertutup awan, cahaya matahari menjadi sulit menembusnya. Seekor burung mencoba mendekati, seperti burung Sikatan betina (tidak tau jenis apa), lalu Srigunting siluet dan Jinjing batu. Setelah itu burung-burung mulai bernyanyi riang, kami putuskan untuk turun. Disanalah keberuntungan kami bertemu flok :
1.
Sepah gunung
2.
Sikatan ninon
3.
Siktan belang
4.
Munguk beledu
5.
Kacamata biasa
6.
Burung madu gunung
7.
Ciu besar
8.
Ciu kunyit
Menakjubkan! Disaat genting
ini kameraku Empity Battery (baterai
habis), terimakasih Ya Allah...membuat saya ingin lagi dan lagi... pengamatan burung (bukan kehabisan baterai lhooo)