04 March 2013

Part 3 Blue Fire, Gunung Ijen Banyuwangi



Hari berikutnya...
          Minggu 3 Pebruari 2013, kami terbagi menjadi dua kelompok yaitu penghuni lama melakukan birding turun kejalan dan penghuni baru menuju keatas. Selesai sarapan kami mulai berjalan, (mungkin) sekitar jam setengah delapan. Disepanjang jalan, aku bertemu dengan Cabai Gunung yang nangkring dipuncak pohon, Cinenen Gunung dengan mahkotanya yang berwarna merah, Tepus Pipi Perak, dan yang umum dijumpai yaitu Cucak Gunung, Kacamata Gunung, Cikrak Daun. Beberapa burung yang tidak aku lihat namun difoto oleh maz Praja yaitu Kipasan Belang dan Ayam Hutan betina. Dan mungkin ada yang lain namun luput dari ingatanku. Hehe yang jelas aku mendapatkan list 12 spesies baru di Gunung Ijen. 

        Malam harinya, (rencananya sih) kami tidur lebih cepat dari biasanya untuk muncak Senin dini hari. Alarm disetting jam 02.00, yang dimalam-malam sebelumnya alarm tidak mempan sama sekali. Tapi untuk malam ini aku terbangun, begitu juga maz Praja. Maz Shaim dan maz Babi juga bangun dan bersiap-siap. Setelah dari kamar mandi untuk cuci muka pake air yang dinginnya minta ampun, aku malah berbaring lagi ditempat tidur memakai sleeping bag. Badan terasa capek membuatku ragu untuk ikut muncak Senin 4 Pebruari 2013 dini hari itu. Maz Shaim bilang “kalau ragu-ragu mendingan enggak usah ikut”. Maz Praja terus menanyaiku dengan pertanyaan “arep melu ora?” sampai pada pertanyaan terakhir sebelum pintu kamar ditutup aku tetap menjawab “ora”. Setelah pintu kamar ditutup muncul pertanyaan dari berbagai sudut, “ngopo ra melu rel?” “ra sido melu po rel?” “lha ngopo kok ra melu?”. Haaaaahhh!!! “oke aku meluuu!!” atau bahasa indonesianya “oke aku ikut!!”. Aku langsung turun dari tempat tidur, dan yang ada dalam pikiranku hanya mengambil jaket dan binokuler. Keluar dari kamar berharap maz Praja, maz Shaim, dan maz Babi belum jauh, tapi ternyata mereka masih di depan pintu.

        Perjalanan dimulai jam 03.15 dari Wisma, aku tidak membawa apa-apa selain binokular yang tidak mungkin digunakan untuk pengamatan saat langit masih gelap. Walaupun begitu perjalanan terasa sangat berat, tidak seperti saat pertama muncak  2 Pebruari yang diselingi pengamatan. Kali ini kami harus sampai puncak sebelum matahari muncul, karena target kami adalah melihat Blue Fire atau Api Biru.  Jadi kami terus melangkahkan kaki, dan berulang kali aku harus beristirahat karena kehabisan nafas. Rasanya seperti nge-fly, kepalaku pening, dan tidak dapat dijelaskan. Beberapa tanjakkan harus dilewati, tapi aku sudah kehabisan nafas dan kaki berat melangkah, namun tiba-tiba maz Babi menyodorkan kaki tripot yang dipegangnya dan berkata “gocekkan iki” atau “pegangan ini”  kemudian aku ditariknya. Dan juga maz Praja mendorongku dari belakang ketika ditanjakkan yang lumayan tinggi. Terimakasih tuaaaaannn #terharu

       Mengejar waktu, begitulah kira-kira judulnya. Di Pos Bunder beristirahat sebentar dan setelah itu sampai pada jalan mendatar, semuanya terasa lebih mudah dan lega diterangi lembutnya sinar bulan. Pemandangan bintang diatas maupun dibawah (cahaya lampu) menghiasi, indaaaahh. Sampai dipuncak jam 04.15, kepulan asap terlihat dari kawah, kemudian kami berjalan ketimur dan akhirnya melihat Blue Fire. Wao keren, tapi sayangnya kami tidak turun mendekat. Selanjutnya kami berfoto-foto dan minum kopi, srupuuut. 

       Tanganku membeku, yang mungkin kalau ditusuk pakai jarum tidak akan sakit. Seperti ketika kaki kiriku tertusuk duri dan baru aku sadari satu hari setelahnya dan duri masih menancap. Kami tidak bisa berlama-lama menunggu sunrise karena harus segera berangkat ke Surabaya. Sebelum jam 05.30 kami ber-see you next time dengan Kawah Ijen, setelah itu kami turun sambil pengamatan, (tidak sia-sia aku membawa binokuler, hehe) ketemu dengan Sikatan Belang, Kepudang Sungu Gunung, Kacamata Gunung dan Cikrak Daun dan suara si Cingcoang Cokelat, khusus untuk burung yang satu ini, sudah satu minggu aku di Ijen hanya suaranya saja yang cerewet tapi tidak pernah kelihatan, beruntung bagi yang melihatnya :P. Sampai Wisma sekitar jam setengah 7 kemudian aku mandi dengan air es, sarapan dan berpamitan dengan Bu’IM, Pak’IM kemudian dengan maz Zuqi dan maz Shaim yang akan tinggal untuk menjaga Silvia yang perlu rehabilitasi ulang setelah ditangkap warga. 

Sampai jumpaaaaaaa Ijen.......... We lope u......




Part 2 Monitoring Elang Jawa sitaan BBKSDA Jawa Timur, di Gunung Ijen Banyuwangi


Malam harinyaa...
Didalam dinginnya malam itu, semua sudah berselimutkan selimutnya masing-masing harap-harap cemas tentang Silvia. Kemudian terdengar suara mobil mengelakson berulang kali, yang kami kira Silvia sudah datang, namun ternyata bukan. Mobil kedua datang dengan suara tenang, suasana kamar menjadi hening sesaat, yang kemudian menjadi ricuh setelah menyadari Silvia sudah datang. Kami pun bergegas keluar melihat keadaan Silvia. Kandang berukuran kecil diturunkan dari mobil Double Cabin milik BKSDA. Didalam kandang itu, Silvia terlihat berdiri tegap dengan bulu-bulunya yang agak basah. Pada akhirnya aku berhasil melihat Silvia tapi tidak seperti yang diharapkan yaitu ketika terbang bebas dengan wing makernya yang berwarna biru itu.
          Dalam kandang ada seekor burung dara terbujur kaku, namun tidak dimakan. Oleh karena itu, muncul ide untuk mencacah-cacah tubuh si burung dara menjadi beberapa bagian. Pelaku dalam pencacahan yaitu maz Prajawan dibantu Rizki dan maz Babi, dengan cepat mencabuti bulu-bulu burung dara tersebut. Terlihat bekas cengkraman cakar Silvia menembus dada dan merobek paha. Setelah daging dicacah, Silvia mau menyantapnya dengan lahap. Sementara aku dan maz Zul makan satu bungkus nasi goreng dengan lahap juga :D

Pagi harinya...
       Hari Saptu tanggal 2 Pebruari 2013, pagi yang cerah, Silvia harus di kembalikan ke kandang secepatnya. Kami harus bergerak cepat, maz Heru, maz Babi, maz Zul, maz Praja memperbaiki kandang, sedangkan aku, mb Alifi, mb Hanifa, dan Rizky menyiapkan air minum Silvia. Setelah semua sudah siap, Silvia kembali dilepaskan dalam kandang rehablititasi.
         Kami menuju warung Bu’IM untuk sarapan, dan karena tidak ada tugas memonitoring Silvia lagi, setelah sarapan kami bersiap untuk menuju ke puncak :D. Perjalanan ke puncak lumayan melelahkan, disela-sela perjalanan disisipi pengamatan yang kata maz Babi bisa dijadikan alasan beristirahat. Diperjalanan aku bertemu dengan Cica-kopi Melayu, Sikatan Mugimaki, Kancilan Emas, Sikatan Belang, dll. Jalan terus menanjak hingga pos terakhir yaitu Pos Bunder. Pos Bunder merupakan tempat penimbangan belerang, disana kami beristirahat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan, perjalanan setelah Pos Bunder tidak terlalu menanjak bahkan sekitar ¾ jalan adalah jalan mendatar hingga puncak. 

            Pos Bunder





Sampai di puncak kami melihat indahnya Kawah Ijen namun beberapa saat kemudian datanglah kabut ditambah asap belerang yang berbau menyengat terbang kearah kami terbawa angin. Pada saat itu kami cukup lama terjebak asap dan bersembunyi dibelakang batu. Batuk-batuk dan rasa mual mulai menyerang beberapa dari kami. 



Sampai pada akhirnya kami putuskan untuk berjalan kebarat melewati tulisan “Dangerous Area” yang ternyata asap belerang tak kunjung pergi.


Kemudian kami berbalik arah menuju ke timur, yang akhirnya menunjukkan tanda-tanda pencerahan. Ohya, sebelum menuju ke timur kami ber-7 (aku, maz Praja, maz Zul, mb Alifi, mb Hanifa, Rizki, dan maz Babi) bergamnam style terlebih dahulu, sampai-sampai menarik perhatian wisatawan asing (wkwkwk edan po?). Setelah itu, kami keluar dari kumpulan asap itu sehingga dapat menikmati keindahan Kawah Ijen sepuasnya sambil ngopi dan berfoto-foto bersama maupun sendiri. Warna biru kehijauan dari kawah dan relief batuan yang mengelilingi kawah, begitu memanjakan mata. Subhanallah. 

Betapa kecilnya kita...




Perjalanan turun diwarnai dengan hujan, beruntung aku sudah siap dengan Jas Hujan Plastik andalan (yang katanya maz Zul, “4 ribu kok arep selamet”). Sampai Wisma ada beberapa tanda-tanda bahwa akan ada penghuni tambahan, yaitu Sendal maz Zuqi, Tas maz Nizar tapi maz Shaim yang bawa dan pasti mereka sama mb Imey. Setelah sholat jamak dzuhur dan ashar kami menuju warung Bu’IM. Disanalah kami bertemu dengan penghuni baru :D