Malam harinyaa...
Didalam dinginnya malam itu, semua
sudah berselimutkan selimutnya masing-masing harap-harap cemas tentang Silvia.
Kemudian terdengar suara mobil mengelakson berulang kali, yang kami kira Silvia
sudah datang, namun ternyata bukan. Mobil kedua datang dengan suara tenang,
suasana kamar menjadi hening sesaat, yang kemudian menjadi ricuh setelah
menyadari Silvia sudah datang. Kami pun bergegas keluar melihat keadaan Silvia.
Kandang berukuran kecil diturunkan dari mobil Double Cabin milik BKSDA. Didalam
kandang itu, Silvia terlihat berdiri tegap dengan bulu-bulunya yang agak basah.
Pada akhirnya aku berhasil melihat Silvia tapi tidak seperti yang diharapkan
yaitu ketika terbang bebas dengan wing
makernya yang berwarna biru itu.
Dalam kandang ada seekor burung dara
terbujur kaku, namun tidak dimakan. Oleh karena itu, muncul ide untuk
mencacah-cacah tubuh si burung dara menjadi beberapa bagian. Pelaku dalam
pencacahan yaitu maz Prajawan dibantu Rizki dan maz Babi, dengan cepat
mencabuti bulu-bulu burung dara tersebut. Terlihat bekas cengkraman cakar
Silvia menembus dada dan merobek paha. Setelah daging dicacah, Silvia mau menyantapnya
dengan lahap. Sementara aku dan maz Zul makan satu bungkus nasi goreng dengan
lahap juga :D
Pagi harinya...
Pagi harinya...
Hari Saptu tanggal 2 Pebruari 2013,
pagi yang cerah, Silvia harus di kembalikan ke kandang secepatnya. Kami harus
bergerak cepat, maz Heru, maz Babi, maz Zul, maz Praja memperbaiki kandang,
sedangkan aku, mb Alifi, mb Hanifa, dan Rizky menyiapkan air minum Silvia.
Setelah semua sudah siap, Silvia kembali dilepaskan dalam kandang rehablititasi.
Kami menuju warung Bu’IM untuk
sarapan, dan karena tidak ada tugas memonitoring Silvia lagi, setelah sarapan kami
bersiap untuk menuju ke puncak :D. Perjalanan ke puncak lumayan melelahkan, disela-sela
perjalanan disisipi pengamatan yang kata maz Babi bisa dijadikan alasan
beristirahat. Diperjalanan aku bertemu dengan Cica-kopi Melayu, Sikatan
Mugimaki, Kancilan Emas, Sikatan Belang, dll. Jalan terus menanjak hingga pos
terakhir yaitu Pos Bunder. Pos Bunder merupakan tempat penimbangan belerang, disana
kami beristirahat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan, perjalanan setelah Pos
Bunder tidak terlalu menanjak bahkan sekitar ¾ jalan adalah jalan mendatar
hingga puncak.
Pos Bunder
Sampai di puncak kami
melihat indahnya Kawah Ijen namun beberapa saat kemudian datanglah kabut
ditambah asap belerang yang berbau menyengat terbang kearah kami terbawa angin.
Pada saat itu kami cukup lama terjebak asap dan bersembunyi dibelakang batu.
Batuk-batuk dan rasa mual mulai menyerang beberapa dari kami.
Sampai pada akhirnya kami putuskan untuk berjalan kebarat melewati tulisan “Dangerous Area” yang ternyata asap belerang tak kunjung pergi.
Kemudian kami berbalik arah menuju ke
timur, yang akhirnya menunjukkan tanda-tanda pencerahan. Ohya, sebelum menuju
ke timur kami ber-7 (aku, maz Praja, maz Zul, mb Alifi, mb Hanifa, Rizki, dan
maz Babi) bergamnam style terlebih
dahulu, sampai-sampai menarik perhatian wisatawan asing (wkwkwk edan po?). Setelah
itu, kami keluar dari kumpulan asap itu sehingga dapat menikmati keindahan
Kawah Ijen sepuasnya sambil ngopi dan berfoto-foto bersama maupun sendiri.
Warna biru kehijauan dari kawah dan relief batuan yang mengelilingi kawah,
begitu memanjakan mata. Subhanallah.
Betapa kecilnya kita...
Perjalanan turun diwarnai dengan hujan,
beruntung aku sudah siap dengan Jas Hujan Plastik andalan (yang katanya maz
Zul, “4 ribu kok arep selamet”).
Sampai Wisma ada beberapa tanda-tanda bahwa akan ada penghuni tambahan, yaitu
Sendal maz Zuqi, Tas maz Nizar tapi maz Shaim yang bawa dan pasti mereka sama
mb Imey. Setelah sholat jamak dzuhur dan ashar kami menuju warung Bu’IM.
Disanalah kami bertemu dengan penghuni baru :D
No comments:
Post a Comment