21 June 2013

Petualangan mencari Ciung?? di Plawangan


     Karena proposal PKM 50 Judul yang diadakan oleh fakultas MIPA UNY lolos. Mengenai Ciung-mungkal Jawa yang ada di Plawangan TNGM. Sampai sekarang masih hanya catatan terakhir dari maz Imam Taufiqurrahman tahun 2011 yang berhasil mendokumentasikan foto burung itu dan memuatnya dalam sebuah jurnal. Ini akan menjadi ekspedisi yang memerlukan perjuangan karena burung itu memang cukup jarang ditemui.
        Untuk menemukan burung itu, kami berencana bermalam di gerbang Telogo Nirmolo. Dengan berbekal surat izin dari Fakultas kami membuat SIMAKSI untuk penelitian di wilayah Lereng Selatan TNGM di Balai TNGM. Segala perijinan telah beres dan pada tanggal 18 Juni 2013 kami mulai berangkat dan menyusuri jalan setapak menuju arah Goa Jepang. Siang itu jam 12.30 cuaca cukup cerah, berharap dapat bertemu dengan si Javan Cochoa. Namun sampai sore hari kami belum medapatkan petunjuk tentang keberadaannya.
          Tetapi kami bertemu dengan banyaaaakk sekali burung. Pengamatan dilakukan dari bawah sampai di sekitar mata air. Bersama Maz Praja, Abid, Eky, Ari, Epe. Cuaca waktu itu cerah walau terkadang awan menutupi matahari. 
1.   Cucak kutilang 
2. Kacamata biasa 
3.  Munguk beledu 
4.    Brinji gunung 
5.         Sikatan belang
6. Sikatan ninon
Sikatan ninon

7.       Wergan jawa, yang sedang mandi di sumber air
Wergan jawa sebelum mandi

Wergan jawa setelah mandi

8.       Opior jawa, bersama-sama mandi di sumber air arah Goa Jepang
                               
Opior jawa setelah mandi
  
Opior jawa sedang makan

9.       Cica daun sayap-biru
Cica daun sayap-biru

11.   Sepah gunung, bergerombol dan paling sering terlihat
Sepah gunung Jantan


Setelah bertemu dengan sekian banyak burung kami beristirahat ditaman sambil bermain ayunan.
“Haah, aku pengen banget motret Ciung batu kecil, Bid” kataku. Dalam hati aku berkata Ciung batu kecil aja belum bisa ketemu apalagi Ciung-mungkal Jawa. Sambil duduk dan mengayun-ayunkan kakiku mendorong ayunan.
“Yo, mbok dipotret mbak” balas Abid.
                Beberapa saat kemudian aku melihat burung biru gelap terbang melintas dari kejauhan. Segera aku berlari mengikuti arah terbang burung itu. Mengendap perlahan dan menelisik semak-semak yang mulai terlihat gelap. Aku melihatnya, tiba-tiba tanganku gemetar dan jantungku berdegup kencang. Mencoba mengarahkan lensa kamera kearahnya. Alhasil ?
Blur banget hasilnya
                Aaarrggh!
                Dia terbang menjauh, aku berusaha mengikutinya dan kehilangan jejak. Kembali aku duduk dibawah gazebo sambil menatap kearah semak-semak tadi, berharap dia kembali. Dan setelah beberapa saat benar dia kembali. Sesosok warna hitam bersembunyi di balik ranting pohon, kemudian mengilang ditelan sudut gelap pepohonan. Warna Ciung batu kecil adalah biru tua keunguan namun jika dari kejauhan tampak hitam sedikit biru.
                                       
                                          Coba temukan perbedaan gambar dibawah ini
A
                                      
B
Setelah menghilang entah kemana, burung itu terbang mendekat dan inilah kesempatanku
Ciung batu kecil

Punggung Ciung batu kecil

                Sampai puas aku menjepretnya, terus ku ikuti kemana dia terbang. Sampai pada sebuah semak dia menangkap seekor ulat dan mencoba untuk memakannya. Namun, setelah beberapa saat dia sibuk dengan makanannya, dia menyadari keberadaanku dan terbang menjauh meninggalkan makan malamnya.
Makan malam Ciung batu kecil

                Sambil mengamati Ciung batu kecil, bonus Srigunting yang bertengger tepat diatasku. 
Srigunting kelabu

Yah mungkin itu menjadi penutupan hari ini yang luar biasa. Terlebih lagi bisa bertemu Ciung batu kecil, dan berharap bisa bertemu dengan kerabatnya... yaitu Ciung-mungkal Jawa!

                Hari berikutnya 19 Juni 2013, setelah berbincang dengan maz Nano malam harinya, di duga dia melihat Ciung-mungkal Jawa. Namun masih dalam konfirmasi. Hari ini kami langsung menuju arah Goa Jepang tempat dimana maz Nano bertemu dengannya. Pagi-pagi sekali kami berangkat, sampai disana malah melihat si ganteng cantik Walik kepala ungu yang sedang bertengger sendirian.
Walik kepala ungu

                Setelah menunggu cukup lama, aku melihat sekelebatan burung berwarna hitam terbang melewati atas pepohonan. Deg! Apa itu tadi? Pikirku. Lalu aku dan Ari melanjutkan perjalanan, kemana arah burung yang terlihat hitam itu terbang. Tidak disangka, aku melihatnya lagi terbang menjauh.
”Lihat ga ri??” kataku
“Ga” kata Ari sambil geleng-geleng
                Setelah itu aku mencoba mencari tempat yang bisa memandang tebing tempat sekelebat burung itu. Aku berpaling sebentar.
“Itu rell, terbang” kata Ari
“Haaahh??? Kearah mana?” tanyaku penasaran
"Warnanya agak coklat-coklat gtu" lanjut Ari.
---------------------------------------- senyap
                Hampir satu jam aku dan Ari menunggu memandangi tempat dimana burung misterius itu terlihat. Berbagai kicauan burung terdengar menemani kami yang semakin kedinginan. Tiba-tiba Jinjing Batu melintas dan bertengger tidak lebih 1 meter dari kami. Karena terkejut aku sampai lupa memotretnya buat kenang-kenangan. Lalu Takur tulung-tumpuk bertengger dipohon tepat diatas kami.
Takur tulung-tumpuk

Suara angin menggerakkan ratusan pohon yang terdengar sangat menyeramkan. Keheningan datang sesaat. Dan... suara itu terdengar... suara yang tidak asing ditelinga. Suara yang sama dengan rekaman.
“Dengar ga ri?” tanyaku
“Apa rell?” balas Ari
“Sssst”
                Suara itu!! Ya! Ya!
                Aku dan Ari saling berpandangan seakan tidak percaya.
                “Coba putar rekaman suaranya rell” kata Ari
                Aku langsung mengeluarkan hape dan memutar suaranya. Dan suara misterius itu masih berbunyi. Bergantian dengan suara hapeku. Mirip! Namun kami seakan masih tidak percaya. Aku mencoba merekam suara itu. Tapi baterai hapeku tiba-tiba habis. Hiks!! :'(
                “Ri, hapemu ada perekam suara ga?” tanyaku
                “Ga ada” jawab Ari sambil mencarinya
             Suara itu tidak selalu berbunyi, hanya berbunyi beberapa kali seperti siulan dan berhenti. Kemudian beberapa menit lagi berbunyi kurang lebih 6-7 kali kemudian berhenti lagi. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain mendengarkannya, untuk itu kami mencoba mendengarkannya baik-baik. Setelah mendengarnya beberapa kali, kami mulai yakin bahwa itu suara Ciung-mungkal Jawa.
Namun tidak ada bukti yang kuat untuk hal ini..
Paling tidak sudah ada sedikit petunjuk yang didapatkan mengenai burung misterius ini. Dan semoga... Kami benar-benar bisa bertemu :)

Sayangnya kami lupa melakukan "ritual" foto bersama, terimakasih maz Praja, Abid, Ari, maz Nano, Eky, Epe, maz Kukuh, maz Juqi, maz Wahab, maz Kholil dan Panji...