Dari rumah...
Perjalanan dimulai
tanggal 12 Juli 2012 menuju suatu tempat yang konon katanya menakjubkan
yaitu Taman Nasional Baluran. Segala persiapan sudah disiapkan
jauh-jauh hari, dengan membawa tas ransel yang dulu aku beli didekat
perumahan TNI AU Yogyakarta untuk membawa segala keperluan sehari-hari,
tas merah kepunyaan mamaku untuk membawa segala jenis makanan, dan satu
tas kecil untuk membawa kamera, alat tulis dan tempat minum.
Pukul 06.30 WIB, aku mulai berangkat dengan diantar menggunakan sepeda
motor Mio Soulku. Sembari merasakan dinginnya angin yang menerpa,
tiba-tiba tali tas kecilku terlepas, dan membuat tas kecilku terjatuh
ditengah jalan. Rasa panik campur aduk melihat tas kecil malangku
dilewati beberapa mobil. Air mataku tak sadar menetes ketika melihat ada
Bus Pariwisata yang melintas tepat diatas tas kecil malangku. Segala
isinya hancur kecuali buku tulis, membuat air mataku semakin deras
mengalir setelah melihat kamera satu-satunya yang papaku miliki telah
hancur. T.T
Yang sudah biarlah sudah, hanya itu
yang bisa aku lakukan waktu itu. Dengan mata merona basah dan muka
kusut, aku sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Tidak tahan untuk
tidak menceritakan kejadian yang baru aku alami kepada teman-teman yang
sudah berkumpul disana, dan tidak kuat menahan tangis jika aku
menceritakannya. Segala macam dukungan diberikan kepadaku oleh beberapa
teman yang sudah tahu ceritanya. Aku harus mengikhlaskannya dan memulai
perjalanan yang baru pertama kali aku lakukan yaitu menggunakan Kereta
Api.
Kereta kami berangkat pukul 07.35 WIB dan
mulailah bagian menyenangkannya. Segala sesuatu mulai dari makanan,
minuman, baju, asesoris, sendal, buah segar dll ada dikereta kelas
ekonomi yang kami tumpangi. Menariknya para penjual itu berjualan dengan
suara-suara yang unik dan tidak biasa, membuat gelak tawa dan
menghilangkan rasa bosan selama perjalanan yang kurang lebih 13 jam
menuju Stasiun Banyuwangi.
Semakin malam, penumpang
semakin sepi yang artinya kereta semakin luas :D. Karena tempat duduk
kereta banyak yang kosong, kami memanfaatkan itu untuk berbaring. Sempat
aku tertidur lelap, tapi seorang kakek-kakek malah membangunkanku
padahal stasiun tujuanku masih lumayan jauh.
Sesampai di Stasiun Banyuwangi kurang lebih pukul 22.00 WIB, setelah itu
kami bertemu dengan beberapa teman yang telah berangkat terlebih dahulu
didepan stasiun. Beberapa menit kami rombongan dari Yogyakarta menunggu
truk yang akan menjadi kendaraan kami menuju Batangan. Batangan adalah
salah satu nama tempat yang ada di Taman Nasional Baluran.
Perjalanan menuju ke Batangan mencapai 1 jam dengan berdiri diatas
truk. Rasa lelah dan mengantuk bercampur kala itu, namun pemandangan
langit yang sangat indah disuguhkan oleh alam. Aku terperanga kagum
melihat banyak sekali bintang yang bertebaran diatas langit yang hitam
kelam membentuk sungai bintang yang tidak akan terlihat di daerah
Yogyakarta. Tidak bosan-bosannya aku memandangi langit hingga tanpa
sadar kami telah sampai di Batangan. Segera setelah sampai kami tidur
disalah satu ruangan bersama orang-orang dari daerah lain yang telah
sampai duluan.
Perjalanan ke Bekol...
Pagi yang indaaaahhh datang. Tanggal 13 Juli 2012 di Batangan,
dilakukan registrasi peserta, pengambilan kaos dan alat tulis. Tapi
sebelum itu harus memberi nama tim yang sempat membuatku bingung. Tim
yang terdiri dari tiga orang yaitu maz Praja, maz Aji dan aku sendiri
akhirnya diberi nama Bionic Kaki Lima (BKL). Kenapa Kaki Lima? Entahlah.
Setelah itu penentuan salah seorang dari masing-masing tim yang akan
pergi ke Kacip (lokasi digunung Baluran). Seluruh tim dari Bionic
menangajukan satu orang kecuali tim BKL karena katanya tidak siap dan
tim RM Bionic Sip karena hanya terdiri dari 2 orang. Dengan sarapan
sepotong roti, mulai berangkat menuju tempat
nge-camp kami yang
sebenarnya yaitu di Bekol (nama tempat). Truk kami bergoyang kesana
kemari mengikuti irama batu-batuan yang ada di sepanjang
perjalanan.
Kurang lebih 1 jam kami bergoyang
diatas truk melewati hutan dan semak, pada akhirnya pemandangan berganti
menjadi savana dengan rumput-rumput keringnya. Tidak jauh dari situ
tempat tujuan kami telah sampai, Selamat Datang di Bekol. Mendirikan
tenda dibawah pohon itulah yang dicari. Banyak sekali
Macaca fascicularis atau Monyet Ekor-panjang yang berkeliaran. Dan juga burung tercantik yang eksotis yaitu
Pavo muticus atau
Merak Hijau berjalan kesana-kemari seperti ayam rumahan, tidak terlihat
sebenarnya mereka adalah burung liar sehingga bisa diamati
sepuasnya.
Siang hari yang panas kami mulai memasak
dan makan bersama. Pembukaan The 3rd Annual PLN-Birding Competition
2012 dilakukan sore hari. Dan dimalam hari kami mulai tidur ditenda
masing-masing. Hal yang menyenangkan adalah tidur diatas tanah yang bisa
dikatakan sangat tidak rata, serasa terapi batu giok. Sakit di pundak
kiri yang aku bawa dari rumah sembuh seketika.
Birding Competition dimulai !
Tanggal 14 Juli 2012 tiba setelah alarm dari hape membangunkanku jam
04.00 WIB dari tidur nyenyakku. Segala persiapan dilakukan untuk memulai
lomba hari ini. Masing-masing orang tim dari Bionic telah dibagi
ditempat tertentu. Dari tim BKL mas Praja bertugas di Bekol dan
sekitarnya sedangkan mas Aji
plus aku di Bajulmati. Bajulmati
adalah tempat mengalirnya sungai yang dihiasi batu-batuan besar dan
kecil. Dan menurut buku Birds of Baluran Nasional Park banyak burung
endemik dan terancam punah yang ada dilokasi ini. Perjalanan ke
Bajulmati memerlukan waktu lebih dari 1 jam menggunakan truk.
Diperjalanan beberapa burung terlihat yaitu
Gallus varius (Ayamhutan Hijau)
, Macropygia emiliana (Uncal Buau)
, Halcyon chloris (Cekakak Sungai)
,dan
Pavo muticus (Merak Hijau) jantan yang sedang menyebrang jalan, satu-satunya Merak Hijau jantan yang aku lihat.
Kami yang terdiri dari aku, Ratna, Eky, Ari, Dian, Mb Nungki, Mb Atiya,
Mas Aji, dan Mas Abdu yang beruntung berkesempatan menyusuri sungai
Bajulmati. Dimulai dari garis start pukul 7.30 WIB, Birding Competition
pun dimulai !. Kami bersama-sama menyusuri sungai dan bertemu dengan
Pycnonotus aurigaster (Cucak Kutilang),
Pycnonotus goiavier (Merbah Cerucuk),
Rhyticeros undulatus (Julang Emas),
Megalaima javensis (Takur Tulung-tumpuk),
Megalaima australis (Takur Tenggeret),
Megalaima haemacephala (Takur Ungkut-ungkut), Gallus
gallus (Ayamhutan Merah),
Chalcophaps indica (Delimukan Zamrud),
Pycnonotus simplex (Merbah Corok-corok),
Pericrocotus cinnamomeus (Sepah Kecil),
Pericrocotus flammeus (Sepah Hutan),
Hemipus Hirundinaceus (Jinjing Batu),
Merops leschenaulti (Kirikkirik Senja),
Macronous flavicollis (Ciungair Jawa),
Coracina javensis (Kepudangsungu Jawa),
Rhipidura javanica (Kipasan Belang),
Halcyon cyanoventris (Cekakak Jawa),
Halcyon chloris (Cekakak Sungai)
, diantara keraguan Cinenen Kelabu atau Cinenen Pisang, dan yang paling spesial adalah
Enicurus leschenaulti (Meninting Besar) yang membuat hati penasaran ingin melihatnya, disepanjang perjalanan suara
khas
nya datang dan pergi menggiringi tiap langkah kaki kami. Berulang kali
ia hanya muncul sebentar diatas batu-batuan besar yang ada disungai.
Setiap bertemu burung, tidak lupa kami buat sketsanya. Gambar Kipasan
Belang perpaduan aku dan mas Aji bagus lho, tapi hilang. Dengan
bermodalkan
kamus andalan mas Aji, kami berhasil menggambar 20
spesies burung. Karena masih sulit menggambar objek yang bergerak.
Matahari semakin naik, rasa lapar dan lelah membuat kami berhenti
dipinggir sungai yang penuh dengan batu besar. Sambil menyelesaikan
gambar, kami makan bersama dan mendirikan sholat. Gemricik air sungai
dan rindangnya pepohonan membuat kami merasa betah berlama-lama disana
hingga sore hari.
Waktu dirasa cukup sore, kami segera
kembali ke garis start karena tidak mau terlambat. Sampai pada akhirnya
dikumpulkanlah hasil sket kami kepada panitia. Sambil menunggu truk yang
menjemput kami, kami mengisi waktu dengan berfoto bersama-sama peserta
lainnya.
Diperjalanan pulang, aku melihat hutan
jati yang terbakar, entah disengaja dibakar atau tidak. Lalu sekelompok
Kerbau/Banteng disemak-semak, dan sekelompok Rusa dengan pejantannya.
Dan juga pemandangan savana dimalam hari yang dipenuhi bintang,
subhanallah sangat menakjubkan. Aku tidak menyesal berdiri menahan rasa
pegal yang ada dikaki selama perjalanan pulang.
Sesampai di
camp
Bekol, tiap tim harus mengajukan dua orang untuk mengikuti kuis. Dan
aku yang kebagian jaga tenda, tidak begitu tahu apa saja yang dilakukan
saat kuis karena aku hanya sempat mengikuti beberapa menit saja dan
kemudian tertidur. Dari beberapa menit yang aku tahu, didalam kuis
diminta menyebutkan jenis burung yang ada pada gambar.
Pengumuman pemenang..
Dan tanggal 15 Juli 2012 telah tiba. Dihari tersebut adalah acara
bebas. Tidak begitu ingat apa saja yang aku lakukan. Yang aku ingat pada
siang hari mengikuiti mas Fajri dan mba Mala naik keatas gardu pandang,
aku melihat seekor Elang tidak diketahui jenisnya terbang melayang.
Selanjutnya sore hari kami dari Bionic naik kegardu pandang paling atas.
Diatas sana, kami dapat melihat pemandangan yang sangat indah yaitu
Gunung, Hutan, Savana, dan laut yang biru (Pantai Bama). Angin yang
kencang menerpa tiap burung Walet yang terbang didekat gardu pandang,
terlihat berat mereka terbang namun indah. Banteng dan Rusa tidak mau
kalah memperlihatkan kekompakkan mereka. Dan lucunya ada seekor Rusa
dengan mahkota rumput kering diatas kepalanya.Malam harinya, acara
penutupan dan pengumuman pemenang. Dan dari Bionic membawa pulang teropi
Peserta Berpotensi dari tim yang terdiri dari mas Wahab, mas Fajri dan
mas Alfa. Hal yang membuat aku geregetan adalah ketika pembaca
pemenangnya menyebut nomor tim 50, “Juara blablabla nomor
50..............7” “Juara blablabla nomor 50..................4”
(Manihooot!! Tim Bionic Kaki Lima nomor 50, jangan seperti itu dong bacanya pak!)
Ardea sumatrana bikin ngileeerr....
Tanggal 16 Juli 2012, acaranya adalah
trip to Bama Beach. Kami
mulai pagi dengan berjalan kaki menuju Pantai Bama. Jalanan yang penuh
dengan bebatuan dan terpaan matahari yang panas tidak meluruhkan
semangat kami. Hingga semuanya terbayar sesampai di Bama, pantai dengan
pasir putih dan laut hijau-biru sangat memanjakan mataku.
Apa lagi yang akan dilakukan? Aku dan beberapa teman memutuskan untuk naik kapal menuju Tanjung Bilik.
Apa itu?
Aku kurang tahu. Awal perjalan, rasa takjub melihat air laut berubah
warna dari hijau ke biru, dan pemandangan pulau, hutang mangrove,
tebing-tebing, batu karang, gunung selalu menghiasi tiap perjalanan.
Tapi kok enggak sampai-sampai?
perjalanan kurang lebih sudah mencapai 1 jam terombang-ambing diatas
lautan. Rasa mual dan pusing mulai menyerang, aku sudah tidak tahan
dalam kapal kecil itu. Tapi apa yang bisa aku lakukan selain
menunggu?
Kapal mulai melambat, menandakan bahwa kami telah sampai pada tempat tujuan.
Ada apa?
Tidak terlihat ada sesuatu yang istimewa ketika memandang dari atas
kapal. Namun ketika turun dari kapal yang airnya mencapai diatas lutut,
barulah terlihat keindahannya. Tanjung Bilik begitu indaaahhhh.
Pemandangan air laut biru nan tenang memantulkan birunya langit dan
bayangan hutan mangrove. Pasir putih yang terendam air laut dangkal
(kurang lebih 2-5cm) membuat kita terasa berjalan diatas air. Haha
mengasikkan. Banyak sekali Ikan Gelodok yang dapat berlari cepat diatas
air, didekat akar-akar napas yang menyundul dari dalam pasir.
Dan waktu untuk burung pun dimulai, suara dengung dari sebuah kerang
yang ditiup oleh salah satu awak kapal, menandakan waktu untuk pulang.
Namun tiba-tiba seekor, dua ekor, tidak tapi tiga ekor burung
Esacus neglectus
(Wiliwili Besar) terbang mendekat dan mendarat cukup lama. Semua
peserta tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjepret sepuasnya.
Dua ekor Elang yang tidak diketahui jenisnya pun berlenggak-lenggok
cukup lama dilangit yang biru, dengan mata telanjang aku amati, terlihat
salah satunya berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna coklat.
Tidak tanggung-tanggung seekor
Ardea sumatrana (Cangak Laut)
mengepakkan sayap lebarnya melintas dengan anggunnya dan hinggap disalah
satu pohon mangrove. Kagum, senang, dan menyesal (arrrrrrrggghhhhhh
tidak membawa binokular dan kameraaa!!!!!). Bersama temannya yang
berwarna putih, Cangak Laut yang berwarna hitam tersebut terbang
melintas dihadapanku dan menjauh. #nangis darah mojok disudut ruangan
dengan sorot lampu (T_T)
Terlebih lagi ketika perjalanan
pulang si Cangak Laut tersebut masih saja terlihat bergaya diatas batu
karang, dua kali !!!. Dan juga sejenis Kuntul berwarna putih yang sedang
mencari makan dibatu karang pinggir pantai hutan mangrove. Iya hanya
bisa diamati dengan mata telanjang #
brakot badan kapal.
Aku pengen kembali lagiiiiii....
Kembali ke Bama, Bekol, dan Pulang...
Ombak yang lumayan tidak bersahabat menghiasi perjalanan pulang,
cipratan air terus masuk kedalam kapal membangunkan tidur kami. Namun
kapal terus melaju mengantar kami kembali ke Bama menerjang ombak. Wiii
naik.. mbyuuur turun, asik.
Aku dibangunkan oleh salah seorang temanku yang bernama Ratna. “Rel,
ndelok o manuk kae” “
Endi?” mataku masih berkunang-kunang. “
Kae lho” “
Sik”
masih saja berkunang-kunang. Hingga mataku sudah bisa melihat dengan
jelas, ternyata sekelompok burung berwarna dominan putih sedang berpesta
menyerang air laut, pasti dan tentu dibawah banyak ikannya. Indah
sekali!!! Dengan background langit yang berwarna sedikit oranye dan
bayang hitam burung-burung itu terlihat dari kejauhan, terus aku
pandangi hingga tidak terlihat lagi.
Kapal mulai
melambat, kami berhenti. Tapi tidak dipantai Bama namun belakang pantai
Bama, begitu kata pak awak kapal. Turun dari kapal, celana yang telah
kering menjadi basah lagi. Apa yang ada dibawah air? Terumbu karang, dan
segala macam kehidupannya ada disana. Baru pertama kalinya aku
menyentuh
Favites sp dan jenis lain yang masih hidup langsung
didalam laut. Selain vegetasi tumbuhan, juga banyak hewan laut yaitu
Bulu Babi, Landak Laut, Ikan warna warni, Gurita, Bintang Mengular
bahkan Ular Laut dan lain-lain. Terlebih lagi semuanya dalam keadaan
hidup. Tidak seperti spesimen awetan yang ada dikampus, haha.
Perjalanan dari belakang Bama ke pantai Bama lumayan jauh, tapi tentu
saja tidak terasa lelah jika disepanjang perjalanan diberikan suguhan
pemandangan oleh Yang Maha Kuasa. Pada sore itu, air laut surut dan
kesempatan itu dimanfaatkan oleh banyak
Macaca fascicularis mengais-ngais
makanan. Dan untungnya, kami pulang ke Bekol dijemput truk. Jika harus
berjalan kaki sejauh 2km lagi mungkin aku sudah tidak tahan.
Sesampai di Bekol, kami beres-beres tenda dan siap untuk pulang dengan
membawa buku Birds or Baluran National Park yang ditanda tangani
langsung oleh mas Swiss Winnasis salah satu penulisnya. Sampai jumpa
lagi Tanjung Bilik, Bama, Bekol, Savana, Gunung, Evergreen (belum sempat
kesana), Batangan, Bajulmati, dan Banyuwangi. Malam itu kami bermalam
distasiun Banyuwangi beristirahat sembari menunggu tanggal 17 Juli 2012
06.00 WIB, keberangkatan kereta kami Sri Tanjung kembali menuju Stasiun
Lempuyangan Yogyakarta.