Setelah sekian lama ingin sekali pergi
ke kota Semarang akhirnya pada Jumat pagi tanggal 29 Maret 2013 hal itu
benar-benar terwujud. Walaupun akhirnya melenceng dari tujuan utama yaitu festival
Burung Raptor/Pemangsa yang pertengahan Maret lalu berada pada puncak arus
balik migrasi. Pada akhir bulan Maret ini sepertinya pesta itu sudah berakhir,
tapi banyak hal menarik lainnya yang dapat ditemukan.
Seperti perilaku bertelurnya si Capung
biru capung favoritku yaitu Vestalis
luctosa. Capung betina mengeluarkan telur melalui ovipositor dan
meletakkannya pada rumput-rumput yang terapung dipermukaan sungai yang
mengalir. Capung betina meletakkan telurnya berpindah-pindah dari rumput satu
ke rumput lain namun masih dalam lingkup yang dekat. Capung jantan selalu berada
didekat capung betina. Setiap ada capung lain yang mendekati wilayah mereka,
capung jantan yang berperan mengusirnya. Perilaku ini teramati sore hari
setikar jam 16.00 lebih di sungai daerah Kalisidi.
Vestalis luctosa jantan
![]() |
Vestalis luctosa |
Kalisidi adalah tempat yang indah, kami
berjalan menyusuri sungai yang mengalir deras. Ada sesuatu yang unik disana
yaitu jembatan sungai atau dengan kata lain jembatan yang menjadi sungai :D.
Dari jembatan itu dapat terlihat pemandangan yang menakjubkan, seperti cat air
yang digoreskan kesebuah kanvas.
Setelah dari Kalisidi kami menuju
Banyuwindu pada 30 Maret 2013. Banyuwindu adalah nama suatu tempat yang banyak
dihiasi pohon kopi. Pagi hari bersama Green Community UNNES yang sedang mengisi
pendidikan konservasi di SD Negeri 2 Gondang, aku dan Abid melihat 7 ekor Pericrocotus cinnamomeus (Sepah Kecil). Siang
hari barulah kami menuju TKP Banyuwindu. Suasana desa sangat ramah, dengan
masjid yang berada di pojok atas perbatasan desa dan hutan. Pada siang itu kami melakukan pengamatan
namun tidak membuahkan hasil karena musim pancaroba atau peralihan musim hujan
kemusim kemarau menyebabkan suara Tenggeret ada disetiap langkah kami.
Pandangan beralih menelisik dibatang pepohonan, siapa tau ada “si Cantik” duduk
manis disana. Si Cantik itu adalah Anggrek yang ketika dilihat dengan
perbesaran akan terlihat bahwa dia veryvery
beautiful.
Menemukan yang belum pernah ku temukan
sebelumnya. Kali ini kami tidak mau kehilangan kesempatan. Karena Tenggeret mulai berbunyi pada siang hari, setelah sarapan
kami langsung berangkat. Pengamatan dipagi yang cerah Minggu 31 Maret 2013
mulai jam 08.00. Cucak Kutilang (Pycnonotus
aurigaster) termasuk burung yang umum dijumpai itu sedang bertengger diatas
pohon. Tiba-tiba melintas Elang-ular Bido (Spilornis
cheela) yang bermuka kuning dan sayapnya bergaris putih jelas.
Dan ditengah perjalanan melihat Jinjing Petulak (Tephrodornis virgatus) yang sedang bersarang, jantan dan betina
bergantian menjaga sarang dan mencari makan. Kemudian Kadalan Birah (Rhamphococcyx curvirostris), burung yang
berukuran cukup besar sehingga mengejutkanku. Ekornya yang panjang dan bergaris
oranye dibagian luarnya. Sambil berkadal-kadalan dengan Kadalan kami mendengar
suara kepakan sayap Gogik/Julang Emas (Rhyticeros
undulatus) yang membuatku terkejut. Belum usai rasa terkejutku, datang
burung yang membuatku lebih terkejut lagi yaitu tiga burung yang memiliki sayap
lancip melengkung keluar dan mengeluarkan suara yang nyaring cit-cit-cit ketika
terbang. Wuuuss...wuuuss....cepat dan sangat lincah. Sempat aku arahkan bino
pada mereka, terlihat warna punggung biru tua. Secepat mereka terbang secepat
mereka menghilang. Siapakah mereka??? Hemiprocne
longipennis (Tepekong Jambul)??
Kemudian Anis Siberia hasil jepretan
maz Praja. Sikatan biru muda jantan dengan warna bulunya biru muda kehijauan.
Merbah Corok-corok (Pycnonotus simplex) juga teramati di Kalisidi, dengan
bulu kepala hingga ekor berwarna coklat, tungging berwarna krem, dada hingga
perut berwarna putih-krem, dan ada garis hitam melewati matanya. Kemudian dua
ekor Cikrak Kutub (Phyllocapus borealis),
kaki dengan tarsus panjang berwarna cerah, garis hitam putih diatas matanya,
tubuh berwarna coklat, dada berwarna putih bersih, dan paruh
lancip bergradasi warna. Satu lagi burung sempat terjepret dan hasilnya
nge-blur berat yaitu Seriwang Asia
terlihat jam 11.30 lebih, warna punggung hingga ekornya oranye, warna kepala
abu-abu dengan jambul, ciri-ciri tersebut menunjukkan burung betina. Kemana si Jantan kok ga kelihatann nyonya??
Selain tentang pengamatan, ada juga
kisah-kisah dibalik layar para pengembara Semarang. Awal perjalanan yang
menyenangkan disempatkan berhenti di SPBU hanya untuk foto bersama sebelum
sampai semarang. Apa yang terjadi pada kameraku, dia mati tak mau hidup. Thank
you for maz Juqi yang sudah meminjami kameranya beberapa kali.
Tidak ada yang sia-sia bersama maz
Praja, maz Juqi, Ratna, Abit, Lita, Mb Putri. Perjalanan yang Funtastik!!
Terimakasih pada Green Community yang sudah mengantar dan menemani perjalanan
kami :)
Coming
back soon :D